Sebagai salah satu destinasi wisata favorit di Jawa Tengah, tepatnya di Magelang, tak heran bila Candi Borobudur selalu ramai pengunjung. Dalam satu hari, sekitar 55.000 orang mengunjungi dan menikmati keindahan dari situs bersejarah yang sempat menjadi bagian dari tujuh keajaiban dunia ini.
Sayangnya, karena saking banyaknya wisatawan yang turun naik ke situs yang masuk ke dalam daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO ini, terjadi keausan pada batu tangga, batu lantai, dan juga relief. Akhirnya UNESCO dan pakar merekomendasikan pembatasan pengunjung.
Sebagai upaya untuk membatasi jumlah pengunjung tersebut, pemerintah berwacana menaikkan harga tiket bagi wisatawan yang akan naik ke Candi Borobudur. Tak tanggung-tanggung, dari yang tadinya hanya Rp50 ribu menjadi sebesar Rp750 ribu, .
Pro dan kontra terhadap wacana tersebut ramai muncul di media massa maupun media sosial. Hingga akhirnya pemerintah membatalkan wacana tersebut, dan mengambil langkah-langkah lain untuk membatasi jumlah pengunjung.
Pesona Candi Borobodur memang tiada duanya. Bukan hanya bangunan candi yang begitu sarat dengan nilai-nilai sejarah, namun juga pemandangan daerah sekitar yang sangat indah. Tak heran bila persoalan kenaikan tiket tersebut sempat membuat gaduh negeri ini.
Daftar Isi Tulisan
Dimana Lokasi Candi Borobudur?
Tak sedikit orang yang mengira Candi Borobudur berada di Jogja, padahal candi tersebut masuk dalam wilayah Kabupaten Magelang.
Pemandangan elok nan menakjubkan ketika menaiki Candi Borobudur tak lepas dari lokasi candi itu sendiri.
Borobudur dikelilingi gunung-gunung, yaitu Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di sebelah Timur. Lalu Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing di sebelah Utara. Serta Pegunungan Menoreh di sebelah Selatan. Candi ini juga diapit oleh dua sungai, yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo.
Masih ada orang yang salah kaprah mengenai letak sebenarnya dari candi ini. Saat orang berlibur ke Jogja, Candi Borobudur sering masuk dalam daftar tujuan wisata. Itulah sebabnya masih banyak yang mengira candi ini berada di wilayah DI Yogyakarta.
Padahal Candi dengan luas 2.500 meter persegi tersebut sebenarnya masuk ke wilayah Kabupaten Magelang. Lebih tepatnya lagi, berada di Jalan Badrawati, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Cara Pergi Menuju Candi Borobudur
Dari Jogja: Jarak Candi Borobudur ke titik nol Jogja tak terlalu jauh. Waktu yang ditempuh untuk sampai ke Candi Borobudur dari Jogja sekitar satu jam, dengan jarak sekitar 41 kilometer. Jalan yang dilalui adalah Jalan Magelang – Palbapang (persimpangan Blabak dan Muntilan). Lalu dari persimpangan tinggal belok kanan.
Dari kota Magelang: Ambil jalan ke Mertoyudan, sampai di persimpangan Mertoyudan-Blabak (pertigaan Blondo) belok ke kanan. Jalan terus hingga sampai rumah dinas Bupati Magelang, kemudian belok kanan hingga pertigaan kolam renang Karet, maka sampailah di Candi Borobudur.
Dari Semarang: Sesudah melewati Terminal Bawen, ambil rute Semarang – Ungaran. Gunakan jalur kanan, yaitu yang mengarah ke Ambarawa. Kemudian terus ke Temanggung – Secang – Magelang.
Sejarah Borobudur
Dibangun, ditelantarkan, ditemukan, lalu dibom, Candi Borobudur memang memiliki cerita yang menarik dan berliku. (Foto: indozone.news)
Tak banyak catatan sejarah yang menyebutkan dengan pasti kapan berdirinya Candi Borobudur, dan siapa yang membangunnya. Di antara para sejarawan pun terdapat perbedaan. Ada sejarawan yang mengatakan bahwa pembangunan candi megah itu dimulai pada Dinasti Sanjaya, dinasti pertama Mataram kuno.
Namun beberapa sejarawan lain memperkirakan bahwa Canti Borobudur dibangun pada masa puncak Dinasti Syailendra, yaitu sekitar 800 Masehi. Tetapi para ahli sejarah sepakat menduga bahwa pembangunan Candi Borobudur dilakukan secara bertahap oleh tenaga sukarela dengan cara bergotong-royong.
Tak heran masa pembangunan candi dengan 2672 panel relief ini diperkirakan membutuhkan waktu yang sangat lama, yaitu sekitar 75 hingga 100 tahun lebih. Sehingga Candi Borobudur baru benar-benar rampung pada tahun 825 Masehi, yaitu masa pemerintahan Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra.
Sayangnya candi megah tempat ziarah umat Budha tersebut akhirnya terlantar selama berabad-abad. Para ahli sejarah belum mengetahui dengan pasti mengapa akhirnya Candi Borobudur tidak lagi digunakan pada masa itu. Namun ada yang berpendapat kemungkinan karena terjadinya serangkaian letusan gunung berapi.
Dalam naskah Nagarakretagama yang ditulis Mpu Prapanca pada zaman Majapahit tahun 1365, Candi Borobudur masih disebutkan secara samar. Di naskah tersebut tertulis adanya “Wihara di Budur.”
Sedangkan Soekmono (1976), arkeolog yang pernah memimpin proyek pemugaran Candi Borobudur menyatakan Candi Borobudur benar-benar ditinggalkan atau ditelantarkan lantaran keyakinan penduduk sekitar beralih dari Budha menjadi Islam pada abad ke-15.
Borobudur pun tersembunyi di bawah lapisan tanah dan debu vulkanik dan ditumbuhi semak belukar serta pepohonan. Keberadaannya baru diketahui kembali setelah seorang warga Tionghoa bernama Tan Jin Sing melaporkan keberadaannya pada Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, asal Inggris, pada 1812.
Raffles kemudian mengutus Cornelius menebang pepohonan dan semak belukar serta membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi tersebut. Dan pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, Hartmann, pejabat di Karesidenan Kedu, meneruskan kerja Cornelius. Akhirnya pada tahun 1835 seluruh bangungan terlihat.
Yang miris, setelah dipugar, Candi Borobudur kebanggaan bangsa Indonesia dibom pada 21 Januari 1985. Ada sembilan ledakan yang terjadi. Ledakan pertama terdengar pada pukul 01.30 WIB dan ledakan terakhir terjadi pukul 03.40 WIB. Setelah tim penjinak bom datang ditemukan lagi dua bom yang belum meledak.
Akibat pemboman tersebut, sembilan stupa hancur. Tubuh-tubuh patung Budha tergeletak dengan kepala patah. Dua bersaudara yang dituding sebagai pelaku telah ditangkap dan dihukum. Namun otak dari dari pengeboman tersebut belum diketahui keberadaannya hingga saat ini.
Renovasi atau Pemugaran Candi Borobudur
Proses pemugaran Candi Borobudur terdiri dari dua tahap.
Candi yang berada di ketinggian 265 meter di atas permukaan laut ini telah melalui dua kali renovasi atau pemugaran besar-besaran. Selain pemugaran besar-besaran tersebut, dilakukan pula rehabilitasi untuk membersihkan candi ini akibat letusan gunung Merapi.
Pemugaran pertama
Pemugaran dilakukan pada zaman pendudukan Hindia Belanda, yaitu dimulai pada tahun 1907 hingga 1911. Proses pemugaran dipimpin oleh Theodor van Erp, insinyur sekaligus anggota tentara Belanda. Selama tujuh bulan pertama ia dan tim fokus pada penggalian tanah untuk menemukan kepala Budha yang hilang dan panel batu.
Tiga teras melingkar dan stupa pada bagian puncak juga dibongkar lalu dibangun kembali oleh Van Erp. Ia pun melakukan rekonstruksi chattra, yaitu payung batu susun tiga atau stupa yang berada di puncak Borobudur. Tetapi akhirnya chattra tersebut ia bongkar karena sedikit menggunakan batu asli dan merupakan rekaan.
Pemugaran tersebut akhirnya hanya difokuskan pada pembersihan patung dan batu karena anggaran pemugaran yang terbatas. Masalah tata air dan drainase tidak terpecahkan, sehingga ke depannya terjadi kemiringan pada dinding galeri serta kerusakan dan keretakan pada relief.
Pemugaran kedua
Setelah merdeka, Pemerintah Indonesia mulai merencanakan pemugaran pada tahun 1973. Pemerintah menggandeng UNESCO untuk melakukan perbaikan menyeluruh. Lima teras dibongkar, pondasi diperkuat, 1.460 relief dibersihkan, sistem drainase pun diperbaiki dengan menanam saluran air dalam candi.
Proyek kolosal ini dipimpin oleh Soekmono, melibatkan 600 orang dan memakan biaya total sebesar sekitar 6,9 juta dolar Amerika Serikat. Selain dari pemerintah dan UNESCO, sumber dana juga didapat dari sumbangan 26 negara, antara lain Australia, Belgia, Belanda, Inggris, Jepang, Jerman, dan lain-lain.
Pemugaran besar-besaran ini akhirnya selesai 10 tahun kemudian. Dan pada 23 Februari 1983, Presiden Soeharto resmi membuka Candi Borobudur dan sejak itu candi tersebut boleh dikunjungi oleh masyarakat luas. Selanjutnya pada tahun 1991 UNESCO menetapkan Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia.
Harga Tiket Masuk Candi Borobudur Di 2024
Setelah mendapat masukan dari beberapa pihak pemerintah akhirnya tak jadi menaikkan harga tiket masuk, namun menetapkan berbagai aturan. (Foto: Maritim.go.id)
UNESCO mengidentifikasi bahwa salah satu permasalahan penting dalam pelestarian Candi Borobudur adalah vandalisme atau pengrusakan oleh pengunjung. Oleh karena itu untuk membatasi pengunjung, pemerintah sempat berwacana akan menaikkan tiket masuk Rp750 ribu per orang, walaupun akhirnya dibatalkan.
Meski kenaikan harga tiket dibatalkan, pembatasan pengunjung yang naik ke Candi Borobudur tetap dilakukan. Selain itu diterapkan beberapa aturan baru yang tujuannya untuk menjaga kelestarian dari candi megah tersebut. Berikut harga tiket masuk dan aturan menaiki Candi Borobudur.
Wisatawan lokal
- Anak usia di atas 10 tahun dan dewasa: Rp 50.000
- Usia 3 – 10 tahun: Rp 25.000
- Bayi (usia 1-2 tahun): Tidak dikenakan tiket
- Rombongan pelajar/mahasiswa: Rp 20.000 (disertai surat pengantar dari sekolah atau universitas)
Wisatawan asing
- Dewasa (11 tahun ke atas): Rp 362.500 (USD 25)
- Anak-anak (3-10 tahun): Rp 217.500 (USD 15)
Layangan operasional tiket pukul 06.30-16.30 WIB. Kunjungan di pelataran/halaman candi dan area Taman Wisata Candi Borobudur pukul 07.00-17.30 WIB.
Aturan menaiki Candi Borobudur
- Harus mendaftar secara online di laman resmi pengelola kawasan wisata Candi Borobudur, yaitu ticket.borobudurpark.com.
- Pengunjung harus didampingi oleh pemandu wisata yang sudah terdaftar.
- Wajib menggunakan alas kaki khusus yang disebut sandal upanat. sandal ini terbuat dari anyaman daun pandan dan dibuat oleh pengrajin di kawasan Borobudur. Penggunaan sandal khusus ini untuk meminimalisir terjadinya keausan pada batu tangga karena gesekan alas kaki pengunjung.
Subscribe, follow Facebook Page Lapakfjbku dan ikuti terus lapakfjbku.com untuk mendapatkan informasi, juga inspirasi terbaru dan setiap hari Anda semakin seru!