Mengetahui contoh cara menghitung bunga KPR tetap (Fixed), floating, capped, dan gabungan merupakan langkah penting saat Anda mempertimbangkan pembelian rumah melalui skema cicilan bank.
Mengapa hal ini penting? Karena dengan memahami perhitungan bunga KPR, Anda dapat menentukan pilihan bunga yang sesuai dengan situasi keuangan Anda.
Mengingat proses cicilan KPR memerlukan komitmen jangka panjang dan berpotensi mempengaruhi keuangan Anda, penting untuk memahami cara menghitungnya.
Jangka waktu cicilan KPR bisa mencapai 5 hingga 20 tahun.
Jika Anda masih merasa ragu mengenai kemampuan untuk membayar cicilan KPR, Anda dapat belajar lebih lanjut di lapakfjbku.com.
Artikel ini akan membahas cara menghitung bunga KPR dengan rinci, meliputi:
- Jenis Suku Bunga KPR
- Suku Bunga KPR Tetap (Fixed)
- Suku Bunga KPR Mengambang (Floating)
- Suku Bunga KPR Tetap dengan Batas Atas (Fix & Cap)
- Cara Menghitung Bunga KPR
Mari langsung simak pembahasan mendalamnya di bawah ini.
Daftar Isi Tulisan
Jenis Suku Bunga KPR
Langkah pertama adalah memahami jenis-jenis suku bunga KPR yang ada. Pada dasarnya, terdapat tiga jenis suku bunga KPR yang umum digunakan di lembaga perbankan, yaitu:
- Suku Bunga KPR Tetap (Fixed)
- Suku Bunga KPR Mengambang (Floating)
- Suku Bunga KPR Tetap dengan Batas Atas (Fix & Cap)
Ketiga jenis suku bunga KPR ini memiliki sistem perhitungan dan konsep yang berbeda. Mari kita lanjutkan dengan memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis suku bunga KPR, baik yang tetap (fixed), mengambang (floating), maupun fix & cap.
Suku Bunga KPR Fixed
Keuntungan dari jenis suku bunga KPR tetap (fixed) bagi peminjam KPR adalah ketepatan dalam pembayaran angsuran. Mari kita bahas lebih lanjut tentang keuntungan dan kerugian yang terkait dengan jenis suku bunga KPR tetap ini:
Keuntungan Suku Bunga KPR Tetap (Fixed)
Dengan merujuk pada definisinya, ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh oleh peminjam KPR dari suku bunga tetap:
- Kepastian Angsuran: Nilai angsuran bulanan akan tetap atau setara dari awal hingga akhir masa kredit. Ini memberi kepastian kepada peminjam, menghindari risiko peningkatan suku bunga akibat fluktuasi pasar.
- Bebas dari Denda dan Provisi: Jika peminjam ingin melunasi pinjaman KPR sebelum masa kredit berakhir, mereka tidak akan dikenakan biaya penalti atau diminta membayar biaya provisi (administrasi) sekitar 1%.
- Kepentingan dalam Fluktuasi Ekonomi: Sistem bunga ini terbukti menguntungkan saat kondisi ekonomi nasional tidak stabil. Saat suku bunga pasar naik, cicilan KPR tidak akan berubah, menghindarkan peminjam dari kenaikan biaya.
Kerugian Suku Bunga KPR Tetap (Fixed)
Namun, di samping keuntungannya, suku bunga KPR tetap juga memiliki beberapa kerugian, seperti:
- Cicilan Sedikit Lebih Tinggi: Nilai angsuran mungkin sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga KPR saat ini.
- Tidak Mendapatkan Manfaat dari Penurunan Suku Bunga: Jika ada penurunan suku bunga perbankan akibat kebijakan Bank Indonesia (SBI), peminjam tidak akan mendapatkan manfaat dari penurunan tersebut.
- Tidak Responsif terhadap Perubahan Pasar: Jika suku bunga pasar lebih rendah daripada suku bunga tetap, maka suku bunga kredit akan tetap tinggi, dan pengurangan nilai cicilan tidak dapat diterapkan. Ini karena besaran angsuran telah ditetapkan sejak awal.
Semua pertimbangan ini penting untuk dipahami sebelum memutuskan jenis suku bunga yang cocok untuk KPR Anda.
Suku Bunga KPR Floating
Jenis suku bunga KPR mengambang (floating) lebih sesuai untuk calon peminjam yang bersedia mengambil risiko. Mari kita ulas kelebihan dan kekurangan yang terkait dengan suku bunga KPR mengambang ini:
Kelebihan Suku Bunga KPR Mengambang (Floating)
Berikut adalah beberapa kelebihan suku bunga KPR mengambang bagi peminjam:
- Manfaat dari Penurunan Suku Bunga: Keuntungan utama suku bunga KPR mengambang adalah peminjam dapat merasakan manfaat dari penurunan suku bunga pasar. Ketika suku bunga pasar turun, tingkat bunga kredit juga akan ikut menurun.
- Angsuran yang Lebih Rendah: Ketika suku bunga turun, jumlah bunga yang harus dibayar pada periode itu juga akan menurun dibandingkan sebelumnya. Ini berarti angsuran yang harus dibayarkan juga akan lebih rendah.
- Responsif terhadap Ekonomi yang Baik: Suku bunga mengambang akan menguntungkan saat ekonomi sedang dalam kondisi baik, karena besar kemungkinan suku bunga akan turun.
Kekurangan Suku Bunga KPR Mengambang (Floating)
Namun, di samping kelebihannya, suku bunga KPR mengambang juga memiliki beberapa kelemahan, seperti:
- Fluktuasi Suku Bunga: Salah satu kelemahan suku bunga mengambang adalah fluktuasi suku bunga itu sendiri. Pada kenyataannya, suku bunga KPR mengambang cenderung lebih sering naik daripada turun.
- Pengaruh BI Rate dan Kebijakan Pemerintah: Suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI Rate) menjadi patokan dalam penetapan tingkat bunga kredit. Selain itu, kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi naik turunnya suku bunga KPR mengambang.
Memahami kelebihan dan kekurangan suku bunga KPR mengambang akan membantu Anda membuat keputusan yang tepat terkait dengan jenis suku bunga yang paling sesuai dengan situasi finansial dan preferensi Anda.
Suku Bunga Capped
Selain suku bunga KPR tetap dan mengambang, institusi keuangan juga menghadirkan opsi suku bunga terbatas atau yang biasa dikenal sebagai suku bunga terbatas (capped). Suku bunga terbatas ini berarti bahwa suku bunga akan mengikuti perubahan pasar tetapi dengan batasan yang ditetapkan oleh bank. Misalnya, jika suku bunga pasar saat ini adalah 8,25%, dan bank menawarkan suku bunga terbatas sebesar 10,5%. Dalam situasi ini, suku bunga KPR Anda akan berfluktuasi mengikuti perubahan suku bunga pasar, namun jika suku bunga naik, misalnya menjadi 11%, bank akan tetap mempertahankan suku bunga maksimal pada tingkat 10,5% untuk pembayaran cicilan Anda.
Suku Bunga Gabungan
Suku bunga terbatas (capped) umumnya diberikan dalam kombinasi suku bunga tetap dan mengambang. Contohnya, saat Anda mengajukan kredit dengan jangka waktu 15 tahun, ada bank yang menawarkan skema bunga tetap 5% selama tiga tahun pertama, suku bunga terbatas 10,5% selama dua tahun berikutnya, dan setelah itu mengikuti suku bunga mengambang.
Dalam tiga tahun pertama pembayaran cicilan Anda, tidak peduli apakah suku bunga pasar naik atau turun di bawah atau di atas 5%, bunga cicilan tetap 5%. Lalu, pada tahun keempat dan kelima, bunga cicilan akan mengikuti pasar tetapi tidak akan melampaui 10,5%.
Baru pada tahun keenam, bunga cicilan sepenuhnya bergantung pada situasi pasar. Program bank semacam ini merupakan pilihan yang layak dipertimbangkan ketika mengajukan KPR. Sebab, ini memberikan keringanan kepada debitur dengan pembayaran cicilan yang jauh lebih rendah. Ini memberi waktu dan kesempatan lebih untuk menabung dan mengatur keuangan ketika menghadapi perubahan bunga yang fluktuatif.
Contoh Cara Menghitung Bunga KPR
Mengerti cara menghitung bunga KPR adalah kunci dalam memahami dua jenis utamanya, yaitu suku bunga KPR tetap (fixed) dan suku bunga KPR mengambang (floating). Berikut simulasi serta metode menghitung bunga KPR untuk kedua jenis suku bunga tersebut.
Contoh Cara Menghitung Suku Bunga KPR Fixed
Dalam hal suku bunga KPR tetap, Anda dapat menghitung cicilan bulanan KPR dengan rumus berikut: (pokok kredit x bunga per tahun x tenor dalam tahun) / tenor dalam bulan. Mari kita lihat simulasi; seorang bernama Aruni berencana membeli rumah senilai Rp550 juta. Ia telah membayar uang muka sebesar Rp50 juta, yang berarti ia mengajukan KPR untuk sisa harga rumah setelah dikurangi uang muka, yaitu Rp500 juta. Ia ingin mengambil tenor 10 tahun dengan suku bunga KPR tetap sebesar 11%. Berikut adalah cara menghitung total angsuran bulanan: P x i x t / jumlah bulan. Di mana P adalah plafon atau pokok pinjaman, i adalah besaran suku bunga, dan t adalah tenor atau durasi pinjaman dalam tahun. Dengan merujuk pada contoh Aruni di atas, hasil cicilan bulanan dapat dihitung sebagai berikut:
Berikut ini contoh bagaimana cara menghitung suku bunga KPR fixed yang lainnya:
Misalnya, Anda ingin mengajukan KPR dengan plafon atau pokok pinjaman sebesar Rp500 juta. Suku bunga KPR tetap (fixed) yang ditawarkan oleh bank adalah 10% per tahun. Anda berencana mengambil tenor atau jangka waktu pinjaman selama 15 tahun.
Langkah pertama adalah menghitung besaran bunga per tahun. Besaran bunga per tahun ini didapatkan dari rumus: plafon x suku bunga. Dalam contoh ini: Rp500.000.000 x 0.10 = Rp50.000.000.
Selanjutnya, Anda perlu menghitung besaran bunga per bulan. Besaran bunga per bulan didapatkan dari rumus: besaran bunga per tahun : jumlah bulan dalam setahun. Dalam contoh ini: Rp50.000.000 : 12 = Rp4.166.667.
Terakhir, hitung total angsuran per bulan. Total angsuran per bulan didapatkan dari rumus: (plafon : tenor dalam satuan bulan) + besaran bunga per bulan. Dalam contoh ini: (Rp500.000.000 : 180) + Rp4.166.667 = Rp2.777.778 + Rp4.166.667 = Rp6.944.445.
Sehingga, dengan suku bunga KPR fixed 10% per tahun, plafon Rp500 juta, dan tenor 15 tahun, cicilan KPR Anda akan sebesar Rp6.944.445 per bulan.
Contoh Cara Menghitung Suku Bunga KPR Floating
Pada sistem floating, perhitungan suku bunga KPR akan mengikuti perubahan suku bunga pasar. Mari kita lihat simulasi; Aruni mengajukan KPR untuk sebuah rumah senilai Rp500 juta. Ia berencana untuk mengambil tenor 10 tahun dengan suku bunga KPR mengambang, yaitu 9% dari tahun pertama hingga tahun ketiga, dan kemudian meningkat menjadi 12% dari tahun keempat hingga tahun keenam. Berikut adalah perhitungannya.
Berikut adalah contoh cara menghitung suku bunga KPR floating yang lainnya:
Misalnya, Anda mengajukan KPR dengan plafon atau pokok pinjaman sebesar Rp600 juta. Suku bunga KPR floating yang diterapkan oleh bank adalah 8% + Sertifikat Bank Indonesia (SBI) rate. Anda berencana untuk mengambil tenor atau jangka waktu pinjaman selama 20 tahun.
Langkah pertama adalah mengetahui nilai SBI rate terkini. Misalkan pada saat pengajuan KPR, SBI rate adalah 5%.
Selanjutnya, hitung besaran suku bunga KPR floating. Besaran suku bunga KPR floating adalah 8% + SBI rate. Dalam contoh ini: 8% + 5% = 13%.
Kemudian, hitung besaran bunga per tahun. Besaran bunga per tahun didapatkan dari rumus: plafon x suku bunga. Dalam contoh ini: Rp600.000.000 x 0.13 = Rp78.000.000.
Hitung besaran bunga per bulan. Besaran bunga per bulan didapatkan dari rumus: besaran bunga per tahun : jumlah bulan dalam setahun. Dalam contoh ini: Rp78.000.000 : 12 = Rp6.500.000.
Terakhir, hitung total angsuran per bulan. Total angsuran per bulan didapatkan dari rumus: (plafon : tenor dalam satuan bulan) + besaran bunga per bulan. Dalam contoh ini: (Rp600.000.000 : 240) + Rp6.500.000 = Rp2.500.000 + Rp6.500.000 = Rp9.000.000.
Dengan suku bunga KPR floating 8% + SBI rate, plafon Rp600 juta, dan tenor 20 tahun, cicilan KPR Anda akan sebesar Rp9.000.000 per bulan.
Begitu seterusnya hingga akhir masa cicilan. Jika kemudian suku bunga perbankan turun, maka suku bunga KPR juga akan turun. Hal ini sering terjadi.
Contoh Cara Menghitung Suku Bunga KPR Capped
Berikut adalah contoh cara menghitung suku bunga KPR capped:
Misalnya, Anda mengajukan KPR dengan plafon atau pokok pinjaman sebesar Rp700 juta. Bank menawarkan skema suku bunga KPR capped dengan batas maksimal 10%. Anda berencana untuk mengambil tenor atau jangka waktu pinjaman selama 15 tahun.
Langkah pertama adalah mengetahui nilai suku bunga acuan, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) rate. Misalkan pada saat pengajuan KPR, SBI rate adalah 6%.
Selanjutnya, hitung besaran suku bunga KPR capped. Besaran suku bunga KPR capped adalah suku bunga acuan (misalnya SBI rate) ditambah dengan batas maksimal yang ditetapkan oleh bank. Dalam contoh ini: 6% + 4% = 10%.
Kemudian, hitung besaran bunga per tahun. Besaran bunga per tahun didapatkan dari rumus: plafon x suku bunga. Dalam contoh ini: Rp700.000.000 x 0.10 = Rp70.000.000.
Hitung besaran bunga per bulan. Besaran bunga per bulan didapatkan dari rumus: besaran bunga per tahun : jumlah bulan dalam setahun. Dalam contoh ini: Rp70.000.000 : 12 = Rp5.833.333.
Terakhir, hitung total angsuran per bulan. Total angsuran per bulan didapatkan dari rumus: (plafon : tenor dalam satuan bulan) + besaran bunga per bulan. Dalam contoh ini: (Rp700.000.000 : 180) + Rp5.833.333 = Rp3.888.888 + Rp5.833.333 = Rp9.722.221.
Dengan skema suku bunga KPR capped 6% + 4%, plafon Rp700 juta, dan tenor 15 tahun, cicilan KPR Anda akan sebesar Rp9.722.221 per bulan.
Contoh Cara Menghitung Suku Bunga KPR Gabungan
Berikut adalah contoh cara menghitung suku bunga KPR gabungan:
Anda mengajukan KPR dengan plafon atau pokok pinjaman sebesar Rp800 juta. Bank menawarkan skema suku bunga KPR gabungan yang terdiri dari suku bunga fixed selama 3 tahun pertama dan floating selanjutnya. Suku bunga fixed adalah 7% dan suku bunga floating mengacu pada SBI rate + 3%.
Langkah pertama adalah menghitung besaran bunga per tahun selama periode suku bunga fixed. Besaran bunga per tahun pada suku bunga fixed didapatkan dari rumus: plafon x suku bunga. Dalam contoh ini: Rp800.000.000 x 0.07 = Rp56.000.000.
Selanjutnya, hitung besaran bunga per bulan selama periode suku bunga fixed. Besaran bunga per bulan pada suku bunga fixed didapatkan dari rumus: besaran bunga per tahun : jumlah bulan dalam setahun. Dalam contoh ini: Rp56.000.000 : 12 = Rp4.666.666.
Kemudian, hitung total angsuran per bulan selama periode suku bunga fixed. Total angsuran per bulan pada suku bunga fixed didapatkan dari rumus: (plafon : tenor dalam satuan bulan) + besaran bunga per bulan. Dalam contoh ini: (Rp800.000.000 : 36) + Rp4.666.666 = Rp22.222.222 + Rp4.666.666 = Rp26.888.888.
Selanjutnya, hitung besaran suku bunga floating. Besaran suku bunga floating adalah SBI rate + 3%. Misalkan pada saat pengajuan KPR, SBI rate adalah 5%.
Hitung besaran bunga per tahun selama periode suku bunga floating. Besaran bunga per tahun pada suku bunga floating didapatkan dari rumus: plafon x suku bunga. Dalam contoh ini: Rp800.000.000 x (0.05 + 0.03) = Rp80.000.000.
Hitung besaran bunga per bulan selama periode suku bunga floating. Besaran bunga per bulan pada suku bunga floating didapatkan dari rumus: besaran bunga per tahun : jumlah bulan dalam setahun. Dalam contoh ini: Rp80.000.000 : 12 = Rp6.666.666.
Terakhir, hitung total angsuran per bulan selama periode suku bunga floating. Total angsuran per bulan pada suku bunga floating didapatkan dari rumus: (plafon : tenor dalam satuan bulan) + besaran bunga per bulan. Dalam contoh ini: (Rp800.000.000 : 144) + Rp6.666.666 = Rp5.555.555 + Rp6.666.666 = Rp12.222.221.
Dengan skema suku bunga KPR gabungan (fixed 3 tahun dan floating selanjutnya), plafon Rp800 juta, dan tenor 12 tahun, cicilan KPR Anda akan sebesar Rp26.888.888 selama periode suku bunga fixed dan Rp12.222.221 selama periode suku bunga floating.
****
Subscribe, follow Facebook Page Lapakfjbku dan ikuti terus lapakfjbku.com/ untuk mendapatkan informasi, juga inspirasi terbaru dan setiap hari Anda semakin seru!