Lapakfjbku.com – Sebagai anak yang tumbuh dan besar di Kampung dan waktu itu teknologi belum terlalu berkembang pesat seperti sekarang ini, permainan yang ane lakukan bersama dengan teman-teman tentu saja masih tradisional dan peralatan yang digunakan juga masih sangat sederhana, meskipun demikian hal itu tetap saja sangat menyenangkan dan menyisakan kenangan indah sampai saat ini.
Salah satu permainan yang sering dimainkan bersama teman-teman adalah bermain perang-perangan. Dalam kesempatan ini saya akan sedikit membahas tentang hal tersebut melalui tulisan sederhana ini dengan tujuan untuk berbagai pengalaman masa kecil yang indah. Saya percaya diantara yang membaca tulisan sederhana ini pasti ada juga yang pernah dan atau bahkan sering memainkannya.
Berbagai “Peralatan Tempur” yang Sering digunakan
Untuk bermain perang-perangan tentu saja membutuhkan yang namanya Peralatan Tempur, tentu saja ini bukan peralatan untuk bertempur seperti pada peperangan yang sebenarnya, peralatan tersebut ane buat sendiri dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia disekitar tempat tinggal, tergantung dari skill dan kemampuan merakitnya. Secara sederhana, ane membagi peralatan tersebut menjadi dua, yakni Peralatan Tempur dengan Peluru dan Peralatan tempur tanpa peluru.
Peralatan Tempur dengan Peluru
Bedil Jepret
Bedil jepret umumnya terbuat dari bambu kuning yang sudah berumur tua. Cara pembuatannya pun sangat sederhana. Awalnya bambu dipotong sebatas ruas, kemudian bagian depannya diberi rongga sepanjang 15 cm dengan kelebaran 5 cm. Pada bagian belakangnya yang tertutup oleh ruas bambu juga diberi rongga untuk memasukkan bambu pelontar. Pelontar ini juga terbuat dari bambu yang sudah dipotong pipih sehingga dapat mudah lentur. Pelontar inilah yang kemudian mampu melejitkan biji peluru yang dimasukkan ke dalam bambu. Peluru yang digunakan biasanya kerikil atau apa saja yang bentuknya bulat dan bisa masuk ke dalam bambu.
Bedil Takokak atau Tembakan Kayu
Senjata mainan rakitan ini dibuat dengan bagian ujung yang dipasangi karet ban, pangkalnya dipasangi penjepit yang terbuat dari kayu. Pelurunya dari buah tanaman takokak atau dari pentil jambu air yang belum mekar menjadi bunga. Tangkainya dijepit di pangkal senapan, sehingga buahnya menonjol dan karet pendeknya ditarik lalu dikaitkan ke bonggolnya. Ketika kita ingin menembak, maka cukup tekan pelatuk atau penjepitnya, maka peluru tersebut akan terlontar.
Pletokan
Senjata ini terbuat dari bambu yang diameternya kecil, ada 2 bagian dalam senjata ini yakni penyodok dan laras. Peluru yang digunakan biasanya pentil jambu yang belum mekar atau kertas yang telah dibasahkan. Senjata ini mengeluarkan bunyi dan baisanya kita akan menambahkan daun pandan atau daun kelapa yang dililit dibentuk seperti kerucut pada ujung laras, dengan tujuan supaya suara yang dihasilkan lebih keras.
Peralatan Tempur Tanpa Peluru
Karena peralatan ini tidak mengeluarkan peluru, maka modal utama yang harus dimiliki selain peratalan ini adalah kemampuan menirukan suara senjata yang sebenarnya, peralatan tempur tanpa peluru ini diantaranya :
Senapan Pelepah Pisang
Untuk senjata yang satu ini dari namanya saja sudah jelas apa bahan utamanya, pelepah pisang, dirangkai menurut kreativitas masing-masing, biasanya dibuatkan tali pengikat juga dari tali batang pisang, biar bisa dibawa kemana-mana seperti tentara sungguhan
Senapan dari Kertas
Senjata yang satu ini hanya membutuhkan kertas, dirangkai menurut kreativitas masing-masing, paling asik jika dibuat bersama sarungnya, biar keliatan gagah waktu membawanya
Sebelum Mulai “Bertempur”
Bermain perang-perangan membutuhkan teman yang banyak, makin banyak makin seru, sebelum memulai, anak-anak akan berkumpul kemudian membagi kelompok, setelah itu mereka akan berpisah mencari tempat yang aman, arena yang biasa digunakan bermacam-macam, kadang di sawah atau tegalan, sungai, atau di kampung dengan memanfaatkan rumah penduduk, masing-masing akan mengatur strategi terbaik supaya bisa memenangkan pertempuran.
Saat “Berperang”
Saat berperang adalah saat yang paling ditunggu-tunggu, gayanya sudah seperti para tentara sungguhan, mengendap-endap, tiarap, merangkak dan mata tetap awas mengawasi setiap pergerakan teman ataupun musuh, sedikit saja ada tempat yang cukup aman maka itu bisa dijadikan tempat persembunyian, tidak jarang sampai harus tiarap di selokan, rumah-rumah warga dijadikan benteng, setiap musuh yang ditemukan langsung di tembak tanpa ampun, suara teriakan dan riuh keceriaan bergema di arena pertempuran. Seru dan menegangkan, seperti sedang berada di medan pertempuran yang sesungguhnya.
Menang Atau Kalah Tetap Ceria
Sangat Sulit untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah bermain perang-perangan, masing-masing mengklaim timnya lah yang jadi pemenang. Siapa yang sudah kena oleh peluru bisa saja menganggap dirinya tidak kena, tidak ada yang tau pasti, namanya juga perang-perangan, tidak ada yang gugur dalam peperangan ini. Menang atau kalah sama saja, sama-sama penuh dengan keceriaan. Bahkan anak-anak sampai lupa waktu jika sudah bermain perang-perangan ini, jika tidak ada kumandang azan atau suasana sudah gelap, mungkin mereka masih saja bermain.