Masjid Raya Bandung merupakan salah satu bangunan ikonik di Kota Bandung. Di samping sebagai tempat ibadah rutin kaum muslimin, berbagai kegiatan keislaman lain serta program edukasi dan sosial juga dijalankan di masjid megah yang satu ini.
Sebagai masjid yang sudah lama berdiri, masjid di pusat kota Bandung ini tidak terlepas dari sejarah yang mengiringinya. Dahulu, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Agung Bandung. Dalam perjalanannya, masjid kebanggaan urang Jawa Barat, khususnya warga Bandung ini mengalami beberapa kali renovasi.
Kalau Anda punya rencana berlibur ke Kota Bandung, jangan lupa untuk menyempatkan diri berkunjung ke masjid di Kota Bandung ini. Yuk, kita ulas kisah perjalanan sejarah Masjid Raya Bandung hingga menjadi seperti sekarang ini!
Daftar Isi Tulisan
Lokasi Masjid Raya Bandung
Masjid ini terletak di pusat Kota Bandung sehingga mudah untuk mencapainya.
Tentu saja tidak terlalu susah untuk mengetahui di mana letak Masjid Raya Bandung. Ya, bangunan yang dirancang untuk ibadah rutin kaum Muslim dan bermacam kegiatan lainnya ini terletak di pusat kota, lebih tepatnya berada di Jl. Dalem Kaum No.14, Balonggede, Kec. Regol, Kota Bandung, Jawa Barat.
Untuk dapat menjangkau Masjid Raya Bandung, Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Cukup banyak trayek kendaraan umum, seperti bus dan angkutan kota yang melewati masjid ini. Hal ini dikarenakan kompleks masjid yang menyatu dengan Alun-alun Kota Bandung ini terletak di kawasan strategis.
Bagi Anda yang datang dari luar Kota Bandung, misalnya Jakarta, jika menggunakan kendaraan pribadi maka bisa mengakses jalan Tol Cipularang lalu keluar di Pintu Tol Pasir Koja. Selepas Pintu Tol Pasir Koja, Anda tinggal menyusuri Jalan Terusan Pasir Koja hingga bertemu Jalan Dewi Sartika dan lanjut ke Jalan Dalem Kaum.
Sementara untuk Anda yang tengah berada di Kota Bandung cukup banyak pilihan angkutan umum untuk menuju Masjid Raya Bandung. Anda bisa memilih bus Damri, angkot, atau Bandros yang mudah diakses dari tempat Anda berada.
Sejarah Masjid Raya Bandung
Dahulu bernama Masjid Agung Bandung, letaknya menyatu dengan alun-alun sebagai ciri khas dari pengaruh kerajaan di masa lampau.
Untuk mengetahui sejarah Masjid Raya Bandung, kami menghimpun informasi dari berbagai sumber. Berdasarkan informasi yang banyak beredar, terdapat dua versi yang mengulas soal kapan masjid ini didirikan. Ada yang mengatakan Masjid Agung Bandung mulai dibangun pada tahun 1810 dan ada pula yang menyatakan tahun 1812.
Didirikan Saat Pemindahan Pusat Kota
Mengutip pendapat versi tahun 1812, Masjid Agung Bandung didirikan seiring waktu dengan pemindahan pusat Kota Bandung. Semula pusat Kota Bandung terletak di Krapyak (Bandung Selatan) kemudian berpindah ke kawasan yang sekarang ini Anda dapati.
Awalnya, Masjid Agung Bandung memiliki bangunan berbentuk panggung tradisional yang sederhana dengan penyangga tiang kayu, dinding yang terbuat dari anyaman bambu, serta beratap rumbia.
Selain itu, masjid ini juga dilengkapi dengan kolam besar sebagai tempat mengambil air wudhu. Ketika terjadi kebakaran di area Alun-Alun Bandung pada tahun 1825, air kolam tersebut turut berfungsi sebagai sumber air untuk memadamkan api yang berkobar.
Sebagai masjid utama, Masjid Agung Bandung mengalami beberapa perbaikan atau renovasi. Setahun setelah kebakaran misalnya, dinding dan atap masjid diganti dengan material berbahan dasar kayu.
Direnovasi Lagi Tahun 1850
Pada tahun 1850, bersamaan dengan pembangunan Jalan Groote Postweg (kini Jalan Asia Afrika), Masjid Agung Bandung kembali direnovasi dan diperluas atas instruksi Bupati R.A Wiranatakusumah IV. Bagian atap masjid pun diganti dengan genteng, sedangkan dindingnya sudah mulai menggunakan bahan batu bata.
Masjid Agung Bandung makin tampak megah selepas perbaikan. Seorang pelukis berkebangsaan Inggris, W. Spreat, pada tahun 1852 bahkan sampai mengabadikan masjid ini dalam lukisannya.
Kehadiran Masjid Agung Bandung membawa angin segar bagi masyarakat Bandung. Pasalnya, masjid ini kemudian menjadi pusat kegiatan keagamaan, antara lain pengajian, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, ibadah selama bulan Ramadan, dan lain sebagainya.
Untuk mendukung kegiatan umat Islam yang semakin beragam, penambahan ruangan ataupun renovasi beberapa bagian masjid pun dilakukan. Sebut saja pembuatan mihrab, teras di samping kiri dan kakan (pawestren), pendopo, serta dua buah Menara kembar di sisi kiri dan kanan masjid.
Menginjak tahun 1955, ketika itu menjelang Konferensi Asia Afrika, Masjid Agung Bandung dipugar nyaris secara total. Atas rancangan Presiden Soekarno, kubah masjid yang sebelumnya berbentuk “nyungcung” diganti menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah, mirip bentuk bawang.
Banyak bagian masjid yang dibongkar, termasuk menara, sehingga menyisakan ruangan ibadah yang besar dengan halaman masjid yang sangat sempit. Tamu-tamu yang merupakan delegasi Konferensi Asia Afrika memanfaatkan Masjid Agung Bandung untuk melaksanakan salat.
Berjalan selama 15 tahun, kubah bentuk bawang mengalami kerusakan akibat tertiup angin kencang dan diperbaiki. Pada tahun 1970, kubah bawang kemudian diganti dengan bentuk limas (joglo).
Perubahan Besar Di Tahun 1973
Tahun 1973, berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat, Masjid Agung Bandung mengalami perubahan besar-besaran lagi. Lantai masjid diperluas dan ruangan-ruangan baru dibangun, seperti ruang basement untuk tempat wudhu, dan kantor sekretariat pengurus masjid.
Tak cukup sampai di situ, Masjid Agung Bandung kembali mengalami perubahan total pada tahun 2001. Dalam perencanaan pembangunannya, Masjid Agung Bandung dan Alun-Alun bandung merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Peletakan batu pertama pada tanggal 25 Februari 2001 menandai proses pembangunan Masjid Agung Bandung. Keseluruhan proses pembangunannya memakan waktu selama 829 hari (2 tahun 99 hari) sejak peletakan batu pertama hingga diresmikan tanggal 4 Juni 2003 oleh Gubernur Jawa Barat H.R. Nuriana.
Perubahan masjid kali ini juga dilengkapi dengan pembangunan menara kembar di sisi kiri dan kanan masjid. Dengan tinggi 81 meter, menara kembar tersebut menjadi ciri khas Masjid Agung Bandung hingga kini.
Proses pembangunan serta penataan ulang kawasan Masjid Agung Bandung dinyatakan selesai pada tanggal tanggal 13 Januari 2004. Bersamaan dengan hal itu, nama Masjid Agung Bandung diubah menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat dengan menyandang predikat sebagai masjid provinsi.
Arsitektur Masjid Raya Bandung
Masjid Agung Bandung dengan kubah bentuk bawang khas Timur Tengah.
Masjid Raya Bandung berdiri di atas lahan yang cukup luas, yakni sekitar 23.448 meter persegi. Untuk luas bangunan masjid sendiri sekitar 8.575 meter persegi dengan kapasitas daya tampung kurang lebih 13.000 jamaah.
Bentuk arsitektur Masjid Raya Bandung yang saat ini Anda temui adalah hasil empat arsitektur ternama dari Bandung, yakni Ir. H. Keulman, Ir. H. Arie Atmadibrata, Ir. H. Nu’man, dan Prof. Dr. Slamet Wirasonjaya.
Menurut rancangan, desain masjid tetap mempertahankan sebagian bangunan lama Masjid Agung Bandung. Hal itu termasuk juga jembatan yang menghubungkan masjid dengan alun alun yang melintas di atas jalan alun alun barat dan dinding berbentuk sisik ikan di sisi depan masjid.
Yang diubah dari bangunan lama hanya bentuk atap masjid. Semula, atap masjid berbentuk limas lalu diganti dengan kubah besar setengah bola berdiameter 30 meter yang sekaligus menjadi kubah utama. Terdapat dua kubah lagi di atas bangunan tambahan yang bentuknya lebih kecil, yakni berdiameter 25 meter.
Selain itu, ada bangunan tambahan yang berdiri di atas lahan yang sebelumnya merupakan ruas jalan alun alun barat di depan masjid. Bangunan tambahan ini dilengkapi dengan sepasang menara yang rencananya setinggi 99 meter, namun dengan alasan keselamatan penerbangan, maka dikurangi menjadi 81 meter.
Memasuki bangunan utama masjid, Anda akan mendapati ruangan besar yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu ruang dalam bagian depan dan ruang ibadah utama.
Ruang dalam bagian depan masjid digunakan sebagai aula untuk acara pengajian, pernikahan, dan bisa untuk istirahat pengunjung. Di ruang ini, pengunjung pun bisa menggunakannya untuk salat jika tidak ingin masuk ke ruang ibadah utama.
Di antara aula dan ruang ibadah utama terhubung dengan jembatan yang di bawahnya terdapat tempat wudhu. Ruang ibadah utama ini tergolong luas dan memiliki dua lantai. Bagian dindingnya dilapisi dengan marmer sehingga nampak elegan dan menghadirkan hawa yang sejuk. Untaian kaligrafi di bagian mihrab kian menambah kecantikan ruang utama masjid.
Selain itu, halaman depan masjid ini juga tidak luput dari pemugaran. Terdapat taman yang luas dengan rumput sintetis yang indah sebagai area publik. Hal ini sejalan dengan rencana pembangunan yang hendak mengembalikan nilai alun-alun seperti dahulu kala.
Fasilitas dan Aktivitas Masjid Raya Bandung
Banyak hal yang bisa dilakukan di area publik Masjid Raya Bandung. Lapangan yang berstatus sebagai alun-alun ini menjadi salah satu spot menarik bagi wisatawan.
Tak hanya menjadi tempat ibadah, masjid besar di Bandung ini juga memiliki kawasan yang luas dan dilengkapi fasilitas yang cukup nyaman untuk berwisata. Sebagai fasilitas publik, tentu saja tidak ada biaya tiket masuk bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan masjid yang satu ini.
Saat liburan, Masjid Raya Bandung dipadati jamaah salat maupun wisatawan yang datang dari berbagai wilayah. Meski demikian, para pengunjung tidak kehabisan tempat karena area masjid yang luas.
Sebagai masjid utama Provinsi Jawa Barat, Masjid Raya Bandung dilengkapi fasilitas yang memadai dan bisa diakses oleh pengunjungnya. Fasilitas tersebut, antara lain:
- Sarana ibadah yang luas dan nyaman
- Tempat wudhu yang banyak
- Kamar mandi/toilet
- Sound system dan multimedia
- Penyejuk udara (AC)
- Kantor sekretariat pengurus masjid
- Perpustakaan
- Koperasi
- Poliklinik
- Perlengkapan pengurusan jenazah
- Aula serba guna
- Toko/kios suvenir
- TPA/madrasah
- Tempat penitipan sepatu/Sandal
- Taman yang lapang
- Parkir yang cukup luas
Di samping ibadah salat lima waktu, ada banyak lagi kegiatan yang diselenggarakan di masjid ini. Dalam satu pekan, digelar beberapa kajian agama (pengajian) yang bisa diikuti oleh masyarakat umum. Wisata religi, seperti napak tilas sejarah masjid juga sangat menarik untuk dilakukan selama berada di sini.
Nah, berikut ini beberapa kegiatan menarik di Masjid Raya Bandung, baik yang bersifat harian maupun pada momen-momen tertentu:
Berburu Foto-foto Cantik di Masjid Raya Bandung
Interior Masjid Raya Bandung nan megah dan indah. Anda bisa berburu foto, baik interior maupun eksterior masjid. (Foto: pinterest.com)
Desain arsitektur masjid yang satu ini memang megah dan unik sehingga tidak boleh dilewatkan begitu saja. Anda bisa berburu foto-foto cantik di tiap sudut kawasan masjid.
Mau berpose di spot yang aesthetic? Ambil posisi di bawah menara, dinding yang nampak seperti sisik ikan, mihrab, alun-alun, hingga taman yang indah. Di beberapa bagian masjid ada yang berlapis emas, sangat bagus untuk latar belakang foto Anda.
Menikmati Pemandangan dari Menara Kembar di Masjid Raya Bandung
Menyaksikan pemandangan Kota Bandung dari puncak menara Masjid Raya Bandung.
Menara kembar menjadi ciri khas Masjid Raya Bandung. Nampak dari luar, sepasang menara ini menjulang gagah. Anda bisa naik ke lantai tertinggi di menara ini untuk melihat panorama Kota Bandung secara 360 derajat.
Untuk bisa naik ke menara masjid, Anda akan dikenakan tiket masuk dengan harga sangat terjangkau. Setelah memiliki tiket, Anda tinggal naik lift untuk menuju lantai berdinding kaca. Dari balik kaca, Anda akan menyaksikan gedung-gedung yang memadati Kota Bandung. Keren, lho!
Bersantai di Alun-alun Dekat Masjid
Pengunjung memanfaatkan alun-alun yang dilapisi rumput sintetis untuk bersantai dan bermain.
Lapangan depan Masjid Raya Bandung yang berfungsi sebagai alun-alun dilapisi rumput buatan atau sintetis. Usai beribadah atau melakukan kegiatan keagamaan lain, pengunjung biasanya duduk-duduk santai, tiduran, menikmati kuliner, atau bermain di alun-alun yang bersih terawat ini.
Kalau datang ke sini, sebaiknya pagi atau sore hingga malam hari. Pasalnya, jika cuaca cerah, Anda tidak terlalu merasakan sengatan sinar matahari. Dilihat dari atas, halaman masjid ini begitu mempesona, lengkap dengan bunga-bunga di taman yang ada di sekelilingnya.
Buka Puasa Bersama pada Bulan Ramadan
Warga dengan antusiasnya mengikuti kegiatan buka puasa bersama Ramadan di Masjid Raya Bandung.
Begitu memasuki bulan suci Ramadan, kegiatan di Masjid Raya Bandung kian semarak. Yang tidak terlewatkan tentu saja program buka bersama yang kerap diikuti oleh ribuan warga dan wisatawan yang sengaja datang ke masjid ini.
Malamnya, salat tarawih di Masjid Raya Bandung juga menarik untuk diikuti. Berbondong-bondong jamaah berdatangan untuk melaksanakan salat tarawih yang terkadang hingga tumpah hingga keluar ruangan ibadah utama.
Tempat Salat Hari Raya Idul Fitri Di Bandung
Suasana Salat Ied di Masjid Raya Bandung dengan jamaah yang tumpah ruah hingga memadati alun-alun.
Seperti masjid pada umumnya, Masjid Raya Bandung tentu saja menyelenggarakan salat Hari Raya atau salat Ied, baik Hari Raya Idulfitri maupun Iduladha. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini selalu disambut antusias oleh masyarakat.
Setiap Hari Raya, jamaah salat Ied di masjid ini selalu membludak. Nyaris seluruh bagian masjid diisi oleh jamaah, bahkan hingga ke alun-alun. Selepas salat, mereka memanfaatkan waktu sambil bermaaf-maafan di kawasan masjid.
Subscribe, follow Facebook Page Lapakfjbku dan ikuti terus lapakfjbku.com untuk mendapatkan informasi, juga inspirasi terbaru dan setiap hari Anda semakin seru!