Uniknya Tradisi Mekotekan Di Bali Yang Perlu Kamu Tahu!
Masih mau tahu lebih lanjut mengenai tradisi Mekotekan di Bali? Simak ulasannya berikut ini ya!
Bagaimana tradisi ini dijalankan?
Tradisi ini diikuti oleh laki-laki, mulai usai 12 – 60 tahun di Desa Munggu. Mereka yang berpartisipasi total sekitar ratusan dari jumlah banjar yang ada di Desa Munggu. Kemudian, akan dikelompokkan kembali dengan setiap kelompok terdiri dari 50 orang.
Tiap kelompok wajib membawa tongkat kayu yang sudah dikupas kulitnya, tingginya sekitar 2-3, 5 meter. Tongkat kayu yang dibawa tersebut akan disusun membentuk piramida atau kerucut oleh para peserta yang sudah membentuk lingkaran. Ketika kayu-kayu disatukan timbulah bunyi tek tek tek.

Sebelum upacara di mulai, para peserta wajib mengenakan pakaian adat dan berkumpul di pura desa untuk melakukan persembahayangan agar upacara berjalan dengan lancar. Setelah itu, para peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk saling melawan. Jika merasa tertantang, salah satu peserta akan naik dan berdiri diujung kumpulan kayu dan memberi komando kepada tim untuk menabrak kumpulan lawan.

Bisa jadi gunungan kayu roboh atau malah berantakan bahkan pemuda yang meberi komando terjatuh di atas kayu. Meskipun berbahaya, banyak peserta yang ingin menaiki gunungan tongkat kayu tersebut. Selama tradisi berlangsung para peserta diiringi dengan gamelan sebagai penyemangat.
Ingin melihat secara langsung seperti apa tradisi Mekotekan? Datang saja ke Desa Munggu pada 17 September 2016.